Hangat sinar mentari menusuk tubuhku yang terbujur kaku
tertidur tak berdaya di dalam kamar, kepala ini terasa sakit, perlahan lahan ku
buka mata ini mata yang redup menahan sinar surya pagi yang amat menyilaukan
mata.
Perlahan tapi pasti, ingatankku mulai membaik seiringan dengan itu kesedihan mulai menghantuiku lagi, betapa tidak ! aku sadar telah mengutarakan perasaanku pada fatimah gadis yang aku cintai sejak lama, dan dia masih bungkam tak menjawab sepatah katapun.
Perlahan tapi pasti, ingatankku mulai membaik seiringan dengan itu kesedihan mulai menghantuiku lagi, betapa tidak ! aku sadar telah mengutarakan perasaanku pada fatimah gadis yang aku cintai sejak lama, dan dia masih bungkam tak menjawab sepatah katapun.
Aku tahu, dia sudah menjadi milik orang lain, namun apakah
salah jika aku hanya meminta jawaban atas pertanyaan yang teramat mudah ?. saat
itu kepalaku sakit kembali dan kesedihan yang muncul membuat raga ini lemah tak
bergairah. Sambil gemetar, ku langkahkan
kaki ini untuk membuka jendela kamar, setelah ku buka ternyata matahari sudah
agak meninggi, kulihat burung-burung
terbang tak tahu arah ayam-ayam bernyanyi dengan ketukan tak jelas dan kulihat
langit teramat cerah namun tak secerah hati yang kelam terbunuh cinta ini.
Segala kenangan indah, harus kulupakan begitu saja, apa
mungkin bisa ?
Aku lantas pergi
menuju kamar mandi, untuk membersihkan raga yang teramat kotor bagai tentara
yang telah berjuang atas nama cinta, berharap semua kenangan semu hilang pudar
bersama air yang seiring kusiramkan pada tubuh ini. Setelah selesai aku
langsung pergi keluar untuk mencari udara segar dipagi yang teramat cerah. Angin berhembus kencang, daun berguguran
seketika awan yang teramat cerah berganti menjadi awan kelabu hitam yang
teramat menakutkan untuk diceritakan, aku langkahkan kaki pergi ke suatu tempat
kesebuah padang rumput yang teramat luas sendiri berjalan bersama sepi. Hingga
akhirnya hujan turun sedikit demi sedikit, membasahiku. Lantas ku tatapkan
kedua mataku ke atas langit yang begitu muram sambil ku katakan sesuatu “kenapa
kamu menangis? Kumohon berhentilah, itu hanya akan membuatku ikut menangis
juga” ucapku seiring mengeluarkan air mata. dalam fikir sebaiknya aku pulang
dan istirahat, apagunanya aku mencari ketenangan jika memang tak bisa melupakan
kenangan yang teramat manis ini.
Sambil tertunduk lemas dengan pakaian yang terbasahi hujan,
kulangkahkan kaki tuk pulang kerumah,lalu kubaringkan tubuh ini ke kasur
dikamar yang tak peduli walau seluruh badanku basah, sampai akhirnya aku tertidur
bersama kenangan yang terbawa hingga kubermimpi. Aku bermimpi kita berdua
bersama berlarian kesana kemari dan akan terus bersama. mimpi yang teramat
indah untuk kulalui. Sayangnya, seorang temanku membangunkanku dari mimpi
indahku,
Waldin : “brow, bangun udah mau maghrib masih aja tidur?”
Bangun dong ! ujarnya
Aku : “ah, gila udah
lama berarti aku tidur yahh ? udah jam 5 sore nih, mandi dulu ah”
Waldin: “yah, baru nyadar yah loe ? ya udah buruan mandi
dulu.”
Selesai mandi aku dan waldin duduk dipelataran rumah sambil
menikmati secangkir kopi dan menikmati senja yang sudah mulai menggelap, sang
surya melambaikan tanganya pada kami sekan berkata bahwa esok kita akan bertemu
kembali. Lantas kami bercerita kesana kemari tak tentu arah dan topik tujuan.
Tak terasa waktu sudah menjelang malam, tiba-tiba waldin mengajaku kesuatu
tempat untuk sekedar menghilangkan kerisauan jiwa ini.
Waldin : “dari pada kita menggalau, ayo mending kita pergi
kesuatu tempat”
Aku : “kemana tempat
itu ? kalau Cuma buang waktu, apa gunanya lah?”
Waldin :”kita pergi ketepi pantai sambil menikmati indahnya
bulan purnama,gimana?”
Aku:”ide yang menarik, ayolah langsung ajah”
Kami berdua akhirnya pergi ke tepi pantai, aku merebahkan
diriku sejenak diatas hamparan pasir dibawah cahaya rembulan,walau kadang
sosoknya selalu terbayang dibenaku, lalu tiba-tiba dari jauh waldin datang
membawa bingkisan ditanganya.
Aku : “darimana bro, kok lama banget sih ?”
Waldin :”biasalah cari yang anget-anget nih”
Aku : “emang lo nyari apaan sih segitu lamanya ?”
Waldin “ yah Cuma penghangat tubuh” sambil mengeluarkan 2
botol miras
Aku: “ahh, gila kita
mau minum miras ceritanya nih ?”
Waldin :”udah gak papa,kalo Cuma sesekali kan bisa-bisa ajah”sambil
membuka botol miras
Akhirnya Kami berdua asik meminum miras sampai kami mabuk, kami
bernyanyi tak jelas sambil tiduran di atas pasir pantai,ketika
kami sedang asik bernyanyi lalu aku
merasakan kalo hapeku berdering dering. Aku langsung melihat handphone ku dan
ada sms masuk, dari teman kenalan yang biasa aku curhat dia adalah imey, dengan
mata tersayup-sayup aku membaca pesanya “kamu,dimana tumben beberapa hari ini
gak ada kabar ?’’ seketika jemariku mengetik begitu sajah lalu ku tekan kirim.
Tak lama hapeku kembali berdering dan kulihat ternyata dari imey lagi “iyah,
aku juga sama” aku hiraukan saja dan terus melanjutkan kenakalanku dengan
waldin. Waktu sudah amat larut, akhirnya kami pulang walau dengan kondisi mabuk
berat, karena terlalu mabuk. Kami terperosok saat mengemudikan sepeda motor
sampai luka-luka. Kamipun hanya tertawa menanggapi kejadian itu, lantas kami
melanjutkan perjalanan hingga akhirnya sampai rumah dan tertidur pulas sampai
esok.
Kami, tertidur sangat pulas sampai kami bangun sudah sangat
siang. Aku lantas pergi ke kamar mandi dengan kepala yang masih agak pusing dan
jalan sempoyongan. Beberapa hari aku
habiskan waktu dengan mengurung diri dikamar, ketika sedang tiduran aku
mendengar suara hape berdering, lantas aku mencarinya karena memang aku
beberapa hari ini tidak memegang handphoneku setelah ketemu aku membuka layar
handphone dan kulihat banyak pesan masuk ada yang menanyakan kabarku ada yang
menanyakan kenapa aku tidak masuk sekolah dan ada beberapa pesan dari imey, aku
buka satu persatu pesan dari imey, “kamu dimana kok gak ada kabar?” “kamu lagi
ngapain?” “kok, gak dibales?” “yang, kok diem ajah?” “maaf aku gak bisa
diginiin terus,mulai sekarang kita gak akan berhubungan lagi,kita putus”
seketika aku kaget setengah mati kenapa imey temanku mengirim pesan itu, dan
setelah aku selidiki ternyata beberapa hari yang lalu tepat ketika aku sedang
mabuk, aku menembak dia lewat sms, apa mau dikata, saat itu kami sudah jadian.
Aku hanya bisa terdiam sambil tertawa terbawa suasana, bagaimana mungkin aku
menembak dia disaat keadaanku sedang mabuk justru dia menerimaku. Namun apa mau dikata, semua hanya
lelucon singkat yang tak bermakna, nasi sudah menjadi bubur. Disisi lain aku
bingung harus bicara apa pada imey, karena mungkin aku sudah melukai hatinya,
namun aku tetap bungkam tak bersuara karena memang hal itu terjadi begitu saja
tanpa sepengetahuanku, alhasil sejak saat itu imey menghilang dari kehidupanku,
begitupun fatimah yang masih diam menggantungkan cintaku yang telah lama masih
belum terjawab.
Entah apa yang ada didalam benak fatimah aku masih belum
tahu pasti, dia tetap diam disaat aku menangis. Dia tidak menerima cintaku dan
tidak pula menolaku, namun aku yakin dari lubuk hatinya yang paling dalam, dia
tidak ingin melukaiku, sampai kapan kamu akan diam? Ahh, entahlah aku hanya
bisa pasrah dengan kesendirian ini, karena aku sadar cinta adalah anugrah sang
pencipta sebisa mungkin aku akan tetap menunggunya sampai kapanpun untuk
menanyakan cintanya.
Labels:
cerpen
Thanks for reading Gagal Move On #1 (cerpen). Please share...!
0 Komentar untuk "Gagal Move On #1 (cerpen)"